Vernadoc Bali Telusuri Keunikan Vernakular Desa Pinggan
(Baliekbis.com), Desa Pinggan Kintamani memiliki keunikan pada vernakularnya. “Inilah yang menjadi landasan kami sebagai bahan seminar dan pameran,” tutur Putu Rumawan Salain sebagai salah satu narasumber dalam Seminar dan Pameran Internasional Vernadoc Bali. Menjadi salah satu agenda pada Pesta Kesenian Bali ke-40 membuat Tim Vernadoc Bali merasa bangga sekaligus mengapresiasi langkah pemerintah Bali untuk memasukkan kegiatan seminar dan pameran itu. “Sejak 24 Juni kami sudah mensosialisasikan kegiatan ini dan Bali menjadi salah satu daerah dengan vernakular yang tak terduga,” jelas Rumawan. Selain Rumawan, salah satu dosen dari Univercity of South Australia jurusan arsitektur, Julie Nichols turut menjadi narasumber pada seminar dan pameran internasional Vernadoc Bali.
Vernadoc (Vernacular Documentation) sendiri merupakan sebuah wadah yang berfokus pada riset, dokumentasi, dan praktek mendalam mengenai vernakular pada daerah yang memiliki keunikan arsitektur. Vernakular merupakan sebuah bangunan tradisional yang memiliki ciri khas tanpa menggunakan ilmu arsitektur untuk membuat bangunan tradisional itu. Dalam hal ini kecerdasan para tetua maupun leluhur di masa lalu menjadi perhatian khusus bagi kedua narasumber. “Tetua kita telah memiliki kecerdasan alamiah untuk membuat sebuah bangunan, tentunya mereka memiliki perhitungan khusus dalam hal vernakular,” tutur Julie Nichols mengumbar rasa penasaran.
Julie pun kembali berujar bahwa perhitungan yang digunakan para tetua terdiri dari aspek fungsional dan kondisi alam. Aspek fungsional sendiri berfokus pada tradisi maupun ritual yang berkembang di daerah tersebut. Sedangkan kondisi alam turut mempengaruhi komposisi bangunan layaknya penggunaan material maupun proses pembuatan bangunan. Pada seminar dan pameran internasional yang berlangsung di Wantilan, Taman Budaya, Denpasar, Senin (9/7), topik yang menjadi bahasan yaitu Vernakular Desa Pinggan, Kintamani, Bangli. Berdasarkan penuturan dari Julie Nichols keunikan pada Desa Pinggan terdapat pada gaya bangunan yang telah mengenal aspek arsitektur Bali padahal di masa itu para tetua belumlah mengenal tata arsitektur. Sehingga beberapa keunikan yang didapat pada riset, praktek, sekaligus dokumentasi di Desa Pinggan yakni kosmologi pada Desa Pinggan yang mengacu pada daerah spiritualis dan daerah masyarakat dan telah terbagi berdasarkan ketinggian tempat. “Hal ini memperlihatkan bahwa tetua di Desa Pinggan sudah memahami bagaimana tipe rumah atau bangunan yang harus didirikan,’ tambah Julie. Riset yang dilakukan Tim Vernadoc Bali langsung menelusuri Desa Pinggan, dimana partisipan yang terlibat mutlak untuk mengamati, mendokumentasi, sekaligus membuat gambaran detail 1 (satu) bangunan yang bertempat di Desa Pinggan. Partisipan yang hadir berasal dari mahasiswa arsitektur Univercity of South Australia, Universitas Udayana, dan beberapa penggiat vernakular dari negara-negara lainnya. Tak sedikit masyarakat yang asing dengan vernakular, padahal nyatanya vernakular adalah sebuah bahan riset sekaligus aset negara yang masih merindukan perhatian semua pihak. Desa Pinggan dan lainnya masih setia menanti untuk dicari dan digali sebagai proyek pelestarian warisan dunia (gpb)