Wabup Diar Bangga Warga Mengani Guyub Lestarikan Tradisi “Ngerempah Wadak”
(Baliekbis.com), Wakil Bupati (Wabup) Bangli I Wayan Diar, S.ST.Par., hadir saat warga Desa Adat Mengani melaksanakan tradisi ngerempah wadak di Pura Bale Agung setempat, Kamis (17/4). Pejabat asal Desa Belantih, Kintamani ini mengaku bangga atas semangat gotong royong krama dalam menyiapkan sarana upakara wali panguangandi Desa Mengani.
“Tradisi ini patut dilestarikan karena memupuk kebersamaan dan semangat ngayah warga. Mereka kompak menjalankan aktivitas sehingga rangkaian ngerempah wadak ini dapat diselesaikan dalam waktu singkat,” ujarnya.
Wabup Diar menambahkan, ada banyak nilai yang bisa dipetik dari tradisi ini. Inisiatif tinggi dari krama, kerja tanpa banyak komando, serta semangat untuk saling membantu tanpa memandang latar belakang ekonomi, pendidikan, atau jabatan merupakan hal yang layak dicontoh. Suasana kerja yang penuh tawa dan kebersamaan juga menjadi kekuatan dalam tradisi ini.
“Nilai-nilai seperti ini sangat penting untuk mendukung kelancaran pembangunan desa maupun daerah. Tradisi seperti ini patut kita jaga bersama,” tambahnya, sebelum melayani permintaan foto bersama dari ibu-ibu PKK Desa Mengani.
Wabup Diar hadir bersama Camat Kintamani Ketut Erry Soena Putra dan Anggota DPRD Bangli I Ketut Bakuh, S.H., M.H. Seusai mengikuti persembahyangan, Wabup Diar menyerahkan punia dari Pemkab Bangli sebesar Rp15 juta. Sementara Ketut Bakuh juga menyampaikan punia dalam jumlah berbeda.
Bendesa Adat Mengani I Nyoman Yasa didampingi Kelian Banjar Adat I Gede Subrata, prejuru adat I Wayan Puja, serta Perbekel Mengani I Ketut Armawan, S.Sos., menyampaikan terima kasih atas kehadiran dan dukungan semua pihak.
Hadir pula Dewa Sayoga yang mewakili Anggota DPD RI Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra. “Bapak Ida Bagus Rai Mantra sedang di luar daerah, saya diminta mewakili beliau,” ujar Dewa Sayoga saat menyerahkan punia yang diterima langsung oleh Bendesa Nyoman Yasa.
Bendesa Nyoman Yasa menegaskan, semua punia yang diterima akan digunakan untuk mendukung keajegan adat di Desa Mengani, baik secara fisik maupun nonfisik. “Penggunaan dana akan dibahas dalam sangkepan krama untuk menentukan apakah digunakan dalam kegiatan pembangunan atau biaya upacara,” jelasnya, diamini para prejuru adat lainnya.
Puncak acara wali panguangan dilaksanakan pada Kamis (17/4) pagi, diawali dengan prosesi ngerempah wadak atau penyembelihan sapi suci sebagai sarana upacara. Prosesi dimulai dengan upacara pembersihan, kemudian wadak dihias dan diiringi persembahyangan bersama serta pementasan tari sakral dari sekaa truna-truni, seperti Tari Pendet, Tari Baris, dan Tari Rejang.
Penyembelihan dilakukan secara simbolis oleh jro singgukan dengan menusukkan keris tiga kali ke leher wadak. Selanjutnya krama adat menyembelih dan mengolah dagingnya sebagai bagian dari sarana upakara. Menurut I Wayan Puja, hanya sebagian kecil daging yang digunakan untuk upacara, sementara sisanya dibagikan merata kepada seluruh krama adat. “Ini disebut malang atau kawes, dan dimaknai sebagai bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan masyarakat,” ujar Kelihan Nopi.
Leave a Reply