Wagub Sudikerta Apresiasi Pawintenan Pemangku Pura Penataran Agung Dhalem Tegal Besung
(Baliekbis.com), Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta apresiasi upacara pawintenan Pemangku yang dilaksanakan oleh pengempon Pura Penataran Agung Dhalem Tegal Besung, yang merupakan sebagai pelengkap yadnya yang wajib ada selaku pemuput yadnya. Selain makna Mawinten adalah upacara untuk penyucian diri secara lahir dan batin, dimana secara lahir bertujuan untuk mensucikan diri dari mala atau kotoran yang berada dalam dirinya.
Sedangkan secara batin adalah bertujuan untuk memohon penyucian diri dari Sang Hyang Widhi Wasa, agar diberikan wara nugraha dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang bersifat suci seperti kesusilaan, keagamaan dan selanjutnya dapat mengamalkan ajaran-ajaran tersebut baik untuk diri maupun untuk orang lain. Demikian penegasan yang disampaikannya saat menghadiri Pawintenan Pemangku yang juga bertepatan dengan karya Piodalan Pura Penataran Agung Dhalem Tegal Besung, di Br. Pekandelan, Ds Nyalian, Banjarangkan, Klungkung, Rabu (23/8). Lebih jauh, Sudikerta mengharapkan orang yang terpilih sebagai pemangku dan sudah diwinten, dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pemangku sewajibnya bercermin dan berperilaku berdasarkan sesana kepemangkuan, serta menghindarkan dari keinginan-keinginan sekala. “Sebagai seorang pemangku jangan lagi terpengaruh keinginan duniawi, karena godaan duniawi sangat besar dan akan mempengaruhi taksu kepemangkuan yg diemban. Jaga perilaku, mulai tingkatkan pengetahuan kepemangkuan dengan mempelajari sastra-sastra agama, abdikan diri sepenuhnya kepada ISHWW,” ujar Sudikerta.
Hal senada disampaikan Panglingsir Kerta Semaya Trah Warih Dhalem Dewa Swamba Negara, yang turut hadir dalam upacara tersebut juga mengharapkan agar pemangku yang baru diwinten bisa meningkatkan pengetahuan dan kualitas SDMnya terutama yang berkaitan dengan yadnya, sehingga bisa menjadi panutan dan memberikan sesulur pada kramanya. Ditambahkan Ketua Panitia Piodalan Dewa Made Parwita, bahwa bangunan pura yang ada saat ini merupakan sepenuhnya berawal dari baru, sehingga saat ini masih terdapat beberapa bangunan palinggih yang belum jadi seperti meru dan pemiosan. Jumlah krama yang minim yakni hanya terdapat 15 kk pengempon yang terdiri dari sekitar 60 jiwa, menjadi kendala pembangunan utamanya terkait biaya. Namun Ia mengaku bersyukur, walau hanya dengan jumlah pengempon sebanyak itu sudah berhasil membangun pura seperti yang ada saat ini. Ia pun mengharapkan dukungan dari pemerintah agar pembangunan bisa segera rampung, dan bisa dilaksanakan upacara Ngenteg Linggih. Perwakilan Majelis Alit MUDP Made Tirta, menyampaikan piteket-piteket selaku seorang pemangku yang menurutnya diawali dari merubah cara berbusana yang awalnya kepura memakai destar biasa selanjutnya harus sesuai busana pemangku yang identik dengan warna putih. Setelah diwinten, maka akan diikuti dengan perubahan gelar (amari nama) yakni dipanggil jro mangku, yang tentunya dalam keseharian harus diikuti dengan perubahan dalam berbahasa (amari basa) yang tidak lagi boleh menggunakan kata-kata kasar. Upacara karya piodalan dan pawintenan kala itu dipuput oleh Ida Pedanda Gede Ketut Gunung dari Griya Sakti Nyalian, Banjarangkan, Klungkung. Pemangku yang diwinten yakni I Dewa Nyoman Arka beserta istri Jro Ketut Suwiti. Sebelumnya Wagub Sudikerta juga berkesempatan menghadiri Karya Pemlaspas Pecaruan Lan Mendem Pedagingan di Pura Dadia Pasek Sumerta Pupuan Kawan, di Br. Dinas Giri Sari Pecatu, Badung, serta menghadiri karya Padudusan Alit di Pura Dalem Br. Penebel Kelod, Tabanan. (sus)