Wasit Liga 3 Jadi Sorotan, Asprov PSSI Akan Evaluasi
(Baliekbis.com), Masalah perwasitan menjadi sorotan tajam para pemain, pelatih dan ofisial klub-klub peserta Liga 3 Wilayah Bali 2017 yang kini sudah memasuki babak final. Dari 10 klub peserta, hampir sebagian tim pengeluhkan kepemimpinan korps pengadil yang kualitasnya dinilai sangat di bawah standart. Tapi kondisi ini, juga menjadi permasalahan nasional, yang terjadi di Liga 1 maupun Liga 2. Bahkan PSSI sampai mendatangkan wasit asing untuk membantu memimpin laga putaran kedua Liga 1.
Kembali ke Liga 3 Wilayah Bali, yang terakhir terjadi saat laga semifinal kedua antara Putra Pegok vs Persekaba Bali di Lapangan Yoga Perkanthi Jimbaran, Badung. Bagaimana wasit bisa menghentikan pertandingan (play-on) saat pemain Pegok yang berhadap-hadapan dengan kiper Persekaba, hanya gara-gara ada pemain terkapar/cedera. Kontan saja kubu Pegok merasa sangat dirugikan dengan keputusan tersebut. Sebelumnya, pelatih Undiksha FC Singaraja Candra Adinata juga mencibir keputusan wasit wasit yang memimpin Liga 3. Bukan mencari kambing hitam atas kegagalan Undiksha tidak berhasil lolos ke semifinal, tetapi kenyataannya memang kualitas wasit sangat layak dipertanyakan. Beruntung sejumlah keluhan soal wasit, tidak sampai membuat setiap pertandingan ricuh. Tentunya kelancaran setiap pertandingan, tidak terlepas dari kedewasaan para pemain, ofisial dan pelatih tim-tim yang masih bisa menerima kekurangan dan kelemahan pasukan pengadil meskipun dirasakan sangat menyakitkan.
Di sisi lain, Asprov PSSI Bali yang dikomandani Ketut Suardana (Ketua Umum) sebagai penanggungawab Liga 3 Wilayah Bali, tidak boleh tinggal diam begitu saja. Harus ada evaluasi untuk meningkatkan kualitas wasit-wasit Bali, sehingga tudingan-tudingan negatif yang terjadi saat ini, tidak terulang. Kondisi itu disadari serius Anggota Exco Aspro PSSI Bali, Wayan Artanayasa saat dikonfirmasi Kamis (03/08/2017). Menurutnya, memang harsu ada evaluasi total termasuk regenerasi, terutama dilakukan Askab/Askot PSSI se-Bali. ”Asprov kan sifatnya mengakomodir wasit Askab dan Askot,” kata Artanayana seraya menambahkan, wasit-wasit yang sudah tidak layak memimpin pertandingan di tingkat provinsi juga harus evaluasi diri juga. ”Perlu diketahui, wasit adalah perangkat pertandingan yang sangat menentukan untuk kemajuan sepakbola Bali, selain tugas pokoknya mensukseskan jalannya pertandingan dengan fair (tidak ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan),” imbuh pria yang juga Wakil Ketua Umum Askab PSSI Buleleng.
Ke depannya, Artanayasa berharap filosofis wasit harus dipertegas. Sejak sepakbola itu ada, kenapa wasit berbaju hitam yang bermakna harus ada kejujuran, tidak melihat siapa tim itu dan adil. ”Arti positifnya; perlindungan, dramatis, serius, anggun, formalitas, kekuatan, berwibawa, disiplin dan berkemauan keras,” bebernya. Sampai putaran pertama Liga 1 berakhir, sedikitnya 25 wasit bermasalah kena sanksi PSSI Pusat bahkan ada yang dipecat. Lantas adakah wasit-wasit yang memimpin Liga 3 Wilayah Bali, kena sanksi seperti yang diterapkan induk di pusat (PSSI Pusat)? ”Untuk perbaikan ke depannya, seharusnya harus dilakukan. Tetapi kita tunggu dulu laporan dari departement wasit PSSI Bali,” kilah Artanayasa. (ibg)