Wayan Koster Tegaskan Pentingnya Budaya Bali sebagai Prinsip Krama Bali
(Baliekbis.com), Seluruh krama Bali patut bersyukur memiliki pemimpin seperti Wayan Koster. Gubernur Bali periode 2018-2023 ini telah berjuang keras membangun fondasi budaya Bali melalui penerapan undang-undang, peraturan daerah, dan peraturan gubernur.
Meski efektif memimpin Bali hanya dua tahun karena terganggu pandemi, Koster justru semakin terpacu untuk memperjuangkan pulau ini. Upayanya melindungi dan melestarikan budaya Bali layak mendapat apresiasi.
Dalam setiap kesempatan, calon gubernur Bali nomor urut 2 ini selalu menegaskan bahwa budaya Bali adalah prinsip utama bagi seluruh krama Bali.
“Budaya Bali harus dijaga, dilestarikan, dan dibangun dengan sekuat tenaga agar tetap eksis dan berkelanjutan di masa depan. Tanpa budaya, Bali tidak akan bisa bertahan selamanya. Ini adalah prinsip bagi kita di Bali untuk menjaga budaya,” tegas Wayan Koster di Buleleng, Rabu, 6 November 2024.
Pria asal Sembiran, Tejakula ini menjelaskan bahwa kekayaan budaya Bali tidak ada tandingannya di dunia. Budaya Bali menjadi penggerak ekonomi dan sektor-sektor penting lainnya di Pulau Dewata.
“Prioritas utama pembangunan Bali adalah budaya, termasuk aspek adat istiadat, tradisi, seni, dan kearifan lokal. Sudah ada Perda Bali Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat yang menjadi benteng pertahanan budaya Bali, serta Perda Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali,” ujar mantan Anggota DPR RI tiga periode (2004-2019) ini.
Ketua DPD PDI Perjuangan Bali ini menjelaskan bahwa pengembangan budaya Bali dilakukan melalui tiga elemen utama, yaitu berbasis desa adat, pendidikan dari PAUD hingga perguruan tinggi, dan komunitas masyarakat.
“Tiga unsur ini menjadi pilar untuk membangun budaya Bali ke depan. Tentunya didukung dengan sarana prasarana, lembaga yang kuat, serta anggaran yang memadai,” jelasnya.
Menurut Koster, budaya Bali menjadi dasar bagi krama Bali untuk membangun sektor-sektor lain, seperti membentuk kehidupan masyarakat yang beretika, santun, dan bertata krama baik, serta mengembangkan perekonomian dan produk seni-budaya.
“Orang Bali memiliki talenta dalam mengembangkan industri kreatif berbasis seni dan budaya. Ini adalah beberapa aspek penting dalam pembangunan budaya di Provinsi Bali,” jelasnya.
Sementara itu, calon wakil gubernur Bali nomor urut 2, Nyoman Giri Prasta, juga sependapat dengan Koster. Keduanya berkomitmen untuk membangun Bali tanpa mengikis akar budaya.
“Jangan sampai pembangunan Bali menggerus akar budaya kita,” katanya.
Sejumlah program Koster-Giri telah disiapkan untuk menjaga dan melestarikan budaya di sembilan kabupaten dan satu kota di Bali. Pemetaannya telah dilakukan sesuai dengan keunggulan seni, budaya, dan kearifan lokal di setiap daerah, seperti mendukung festival seni budaya di seluruh wilayah Bali.
“Di daerah yang unggul dalam pertanian, kami adakan festival budaya pertanian; di daerah seni budaya, kami adakan festival seni budaya; dan di daerah pesisir, kami adakan festival budaya bahari. Ini menunjukkan karakter dan identitas Bali. Ini yang perlu kita tanamkan,” ungkap Bupati Badung dua periode tersebut.
Komitmen dua putra terbaik Bali ini terhadap seni, budaya, adat, agama, dan kearifan lokal tak perlu diragukan. Koster membangun Bali dengan program Pembangunan Semesta Berencana yang menyeluruh dan terintegrasi untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Program ini mencakup semua aspek kehidupan, alam, dan budaya Bali yang terangkum dalam visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
Sejumlah kebijakan yang diterbitkan Koster saat menjabat sebagai gubernur Bali kini menjadi senjata andalan untuk pelestarian budaya Bali, seperti Pergub Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali, Pergub Nomor 79/2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali, Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04/2021 tentang Penggunaan Kain Tenun Endek Bali, Perda Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali, serta UU Nomor 15 Tahun 2023 tentang Provinsi Bali yang memperkuat pemajuan kebudayaan, desa adat, dan subak.
Leave a Reply