Yayasan Gringgo Indonesia Gunakan AI Bantu Pemulung Atasi Limbah di Indonesia
(Baliekbis.com), Google Indonesia menyambut Yayasan Gringgo Indonesia sebagai penerima hibah dari Google AI Impact Challenge. Yayasan yang didirikan pada tahun 2017 ini berencana untuk — dari berbagai rencana lainnya — menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk membantu para pemulung mengenali berbagai jenis limbah lebih cepat, dan membantu mengatasi masalah limbah di Indonesia yang tak kunjung selesai.
Yayasan Gringgo Indonesia merupakan salah satu dari 20 organisasi nonprofit dan perusahaan yang bergerak di bidang sosial dari 12 negara yang menerima hibah dari Google AI Impact Challenge, dari total 2.600 peserta. Yayasan Gringgo akan menerima pendanaan dari total hibah senilai USD25 juta dari Google.org, kredit dan konsultasi dari Google Cloud, serta pelatihan dari para pakar AI Google. Yayasan ini juga akan mendapatkan mentoring selama enam bulan dari jaringan pakar Google Launchpad Accelerator.
“Kami baru saja kembali dari mengikuti program selama lima hari bersama 19 penerima hibah lainnya di San Francisco. Di sana kami memaparkan target yang kami harap bisa tercapai pada bulan November,” ucap Febriadi Pratama, Ketua Tim Yayasan Gringgo Indonesia yang beranggotakan 10 orang, Selasa (28/5/2019).
“Kami ingin sekali menciptakan dampak yang lebih besar melalui kerja sama dengan Google dan Datanest. Sebagai satu-satunya penerima hibah dari wilayah Asia Tenggara, kami harap ini bisa menjadi nilai positif untuk wilayah ini dan Indonesia”, tambah Febriadi.
Menurut laporan dari majalah Science pada 2015, jumlah limbah plastik di Indonesia mencapai 3.2 juta ton per tahunnya, dan 1.29 juta ton di antaranya dibuang ke laut. Yayasan Gringgo Indonesia akan menerima dukungan dari Google untuk mengembangkan alat pencegahan limbah plastik laut, dan untuk memantau jumlah pembuangan sampah secara real-time.
Tujuan dari upaya ini adalah untuk membantu pemerintah lokal, LSM, dan perusahaan swasta agar dapat mengelola proses pembuangan limbah dengan lebih baik dan meningkatkan hasil daur ulang.
Datanest.io (perusahaan startup di bidang layanan data dan data science) dan Yayasan Gringgo Indonesia ingin membantu negara-negara berkembang menangani krisis sampah perkotaan yang semakin meningkat, dan masalah limbah plastik di lautan yang jumlahnya juga semakin meningkat. Kedua organisasi ini berlokasi di Indonesia: Datanest di Jakarta, sedangkan Yayasan Gringgo berada di Bali.
“Program Launchpad sungguh membuat kami lebih fokus melangkah ke depan, dan memberi visi yang jelas mengenai pencapaian apa saja yang ingin kami raih. Program ini membantu kami membuat target yang jelas, dan memperoleh berbagai hasil penting selama program dan seterusnya,” ujar Febriadi.
Program Launchpad Accelerator ini akan selesai pada November 2019, dan para penerima hibah kemudian akan menjalani proses mentoring tahap akhir dan mengikuti upacara kelulusan di San Francisco. “Google sudah lama berkecimpung di bidang AI dan kami telah menyaksikan langsung bagaimana AI dapat membantu mengatasi berbagai masalah besar di berbagai bidang seperti layanan kesehatan, pencegahan bencana, dan aksesibilitas untuk kaum difabel, dan juga lingkungan,” ucap Jason Tedjasukmana dari Google Indonesia.
“Kami ingin melihat apa saja yang akan dilakukan Yayasan Gringgo melalui teknologi AI untuk membantu masyarakat di seluruh Indonesia, agar semakin menyadari masalah limbah plastik yang kian serius dan berdampak pada kehidupan kita semua,” ujar Jason mengakhiri. (ist)